profil

Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan Prodi PGMI 2012

Kamis, 19 Juni 2014

Tugas Aplikom 5

MAKALAH IPA MI

BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) membutuhkan metode yang tepat. Kesalahan menggunakan metode, dapat menghambat tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan. Selain itu juga mengakibatkan rendahnya kemampuan nalar peserta didik dalam pembelajaran.
Hal ini terjadi karena peserta didik kurang dilibatkan dalam situasi optimal untuk belajar, pembelajaran cenderung berpusat pada pendidik dan klasikal. Kurangnya pelatihan menganalisis masalah, menyampaikan ide untuk menjawab pertanyaan juga menambah daftar panjang kekurangan sistem pendidikan yang ada.
Maka dari itu, pendekatan pembelajaran CTL perlu diberikan oleh pendidik dalam proses belajar. Jika belajar dengan pendekatan ini, maka siswa diharapkan mampu mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan masalah serta mengambil keputusan secara objektif dan rasional.
Disamping itu, pendekatan ini diharapkan mampu menjadi sarana untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis, logis, dan analitis. Oleh karena itu, peserta didik harus benar-benar dilatih dan dibiasakan berfikir secara kritis dan mandiri. Maka dari itu dalam kesempatan kali ini kami akan membahas tentang Pendekatan CTL atau Contextual Teaching and Learning.
B.       Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari  CTL?
2.      Apa asas-asas dari CTL?
3.      Bagaimana peran pendidik dan peserta didik dalam CTL?
4.      Apa kelebihan dan kelemahan CTL?
5.      Bagaimana langkah-langkah pembelajaran dalam CTL?

BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian dari  CTL
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan warga sekolah masyarakat.[1]
Contextual teaching and Learning (CTL) adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata.
Dalam pembelajaran kontekstual, tugas pendidik yaitu membantu peserta didik agar mencapai tujuannya dengan cara mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi peserta didik. Sesuatu yang baru itu didapat dari penemuan peserta didik sendiri, bukan dari kata pendidik.
Ada tiga hal yang harus dipahami dalam pembelajaran CTL. Berikut adalah uraiannya
a.         CTL menekankan pada proses keterlibatan peserta didik untuk menemukan materi. 
b.         CTL mendorong peserta didik  untuk menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. 
c.         CTL mendorong peserta didik untuk menerapkannya dalam kehidupan.


2.         Asas-Asas dari CTL
CTL sebagai pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL[2] seperti:
a.         Kontruktivisme (Constructivism)
Landasan berfikir (filosofi) dalam CTL yaitu pengetahuan yang dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit dan hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Oleh karena itu, strategi dalam mengajarkan siswa harus menghubungkan antara konsep dan kenyataan dibanding dengan penekanan pengetahuan yang harus diingat oleh siswa.
 Oleh karena itu, guru harus memiliki bekal wawasan yang luas sehingga mudah memberi ilustrasi, mengunakan sumber belajar dan media yang dapat merangsang siswa untuk aktif mencari dan mengaitkan konsep yang dipelajari dengan pengalamannya.
b.         Menemukan (Inquiry)
Upaya menemukan dan memberikan penegasan bahwa antara pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan lainnya diperlukan bukan hanya hasil dari mengingat seperangkat fakta, tetapi menemukannya sendiri.
Hasil pembelajarannya pun merupakan hasil dan kreatifitas siswa sendiri akan lebih bertahan lama diingat mereka dibandingkan dengan pemberian guru tanpa mereka mencari tahu asal mulanya ilmu tersebut.
c.         Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang bermula dari bertanya. Oleh karna itu, bertanya merupakan strategi dalam CTL. Penerapan unsur bertanya dalam CTL harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam menggunakan pertanyaan yang baik.
Pertanyaan yang baik tersebut akan mendorong peningkatan kualitas dan produktifitas dalam pembelajaran. Pertanyaan yang diajukan oleh guru atau siswa harus dijadikan alat atau pendekatan untuk menggali informasi yang ada kaitannya dengan kehidupan nyata.
d.        Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar tersebut membiasakan siswa untuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. Melalui sharing ini anak dibiasakan untuk saling memberi dan menerima, sifat ketergantungan yang positif dalam learning community dikembangkan.
Penerapan pembelajaran di kelas banyak bergantung pada model komunikasi pembelajaran yang dikembangkan oleh guru. Setiap siswa semestinya dibimbing dan diarahkan untuk mengembangakan rasa ingin tahunya melalui pemanfaatan sumber belajar secara luas, tidak hanya disekat oleh masyarakat belajar di dalam kelas akan tetapi sumber manusia lain di luar kelas.
e.         Permodelan (Modelling)
Pembuatan model dapat dijadikan sebagai alternative untuk mengembangkan pembelajaran agar memenuhi harapannya secara menyeluruh dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki guru. Guru bukan satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh guru tertutupi oleh model, sekaligus mencukupi kebutuhan siswa yang heterogen.
f.          Reflection (Refleksi)
Cara berfikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Selain itu, refleksi juga berfikir kebelakang tentang apa yang dilakukan dimasa lalu, siswa mengedepankan yang dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru dan merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
 Melalui model CTL, pengalaman belajar bukan hanya terjadi dan diminati ketika seorang siswa berada di dalam kelas, akan tetapi begaimana cara membawa pengalaman tersebut keluar kelas hingga aplikasinya.
g.          Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
Tahap terakhir pembelajaran kontekstual adalah melakukan penilaian. Penilaian merupakan bagian integral dari pembelajaran dan bertujuan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan hasil pembelajarn melalui penerapan CTL. Penilaian adalah proses pengumpulan data dan informasi yang memberikan gambaran atau petunujk terhadap pengalaman belajar siswa.
Oleh karna itu guru akan mengetahui kemajuan, kemunduran, dan kesulitan siswa dalam belajar, dan guru akan memiliki kemudahan untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses bimbingan belajar dalam langkah selanjutnya.
3.         Peran Guru dan Siswa Dalam CTL
Setiap siswa mempunyai banyak cara untuk belajar. Pebedaan itu terbagi menjadi tiga tipe gaya belajar seperti tipe visual, auditorial, dan kinestetik. Tipe visual yaitu pola belajar dengan menggunakan indera penglihatan jika tipe auditorial adalah pola belajar dengan menggunakan alat pendengarannya, sedangkan tipe kinestetik adalah pola belajar dengan menggunakan gerak, bekerja, dan menyentuh.
Dalam proses pembelajaran kontekstual, setiap guru perlu memahami tipe belajar dalam dunia siswa, guru perlu menyesuaikan gaya mengajarnya dengan gaya belajar siswa. Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan guru jika menggunakan pendekatan CTL[3]:
a.         Siswa dalam pembelajaran kontektual di pandang sebagai individu yang sedang berkembang.
b.         Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan.
c.         Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan antara hal yang baru dengan hal yang sudah diketahui.
d.        Belajar bagi anak adalah proses menyempurnakan skema yang sudah ada atau proses pembentukan skema baru, dengan demikian tugas guru adalah memfasilitasi agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan proses akomodasi.
Selain itu guru harus mengetahui enam unsur kunci dalam pendekatan CTL dibawah ini[4]:
1.      Pembelajaran bermakna.
Pemahaman relevansi dan penghargaan pribadi siswa bahwa ia berkepentingan terhadap konten yang harus dipelajari.
2.      Penerapan pengetahuan.
Kemampuan untuk melihat yang dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan di masa sekarang dan akan datang.
3.      Berpikir tingkat lebih tinggi.
Siswa dilatih berpikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu, atau memecahkan suatu masalah.
4.      Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar.
Konten pengajaran yang berhubungan dengan rentang dan beragam standar lokal, negara bagian, nasional, asosiasi dan industri.
5.      Responsif terhadap budaya.
Pendidik harus memahami dan menghormati nilai, keyakinan dan kebiasaan siswa, sesama rekan pendidik dan masyarakat.
6.      Penilaian autentik.
Penggunaan berbagai macam strategi penilaian yang secara valid mencerminkan hasil belajar sesungguhnya yang diharapkan dari siswa.

4.         Kelebihan dan Kelemahan CTL
Dibawah ini adalah kelebihan dan kelemahan pendekatan pembelajaran CTL[5]:
A.       Kelebihan Pendekatan Pembelajaran CTL.
1.        Memberikan kesempatan kepada siswa untuk maju terus sesuai dengan potensi yang dimilikinya sehingga siswa terlibat aktif dalam KBM.
2.        Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif.
3.        Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
4.        Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.
5.        Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
6.        Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
7.        Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.
B.       Kelemahan Pendekatan Pembelajaran CTL.
1.        Dalam pemilihan informasi atau materi  dikelas didasarkan pada kebutuhan  siswa.  Padahal tingkat kemampuan siswanya berbeda sehingga guru akan mengalami kesulitan ketika menetukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa tadi tidak sama.
2.        Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang lama dalam KBM.
3.        Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya.
4.        Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran.
5.        Tidak semua siswa dapat menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya dengan penggunaan model CTL ini.
6.        Kemampuan setiap siswa berbeda, terkadang siswa sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lisan karena CTL ini lebih mengembangkan ketrampilan dan kemampuan daripada kemampuan intelektualnya.
7.        Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.
8.        Peran guru tidak terlalu penting karena dalam CTL ini peran guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif dan berusaha sendiri mencari informasi, mengamati fakta dan menemukan pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan.
5.         Langkah-Langkah Pembelajaran dalam CTL.
Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran dalam CTL seperti[6]:
a.         Pendahuluan
1.        Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran yang akan dipelajari.
2.        Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL.
a)                  Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa.
b)                  Tiap kelompok ditugaskan melakukan observasi.
c)                  Melalui observasi, siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan pada saat observasi tersebut .
3.        Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa.
b.         Inti.
Di lapangan.
1.        Siswa melakukan observasi sesuai dengan pembagian tugas kelompok.
2.        Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan di pasar sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya.
Di dalam kelas
1.        Siswa mendiskusikan hasil temuannya sesuai dengan kelompok masing-masing.
2.        Siswa melaporkan hasil diskusi.
3.        Setiap kelompok menjawab pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain.
c.         Penutup
1.        Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar masalah pasar sesuai dengan indicator hasil belajar yang harus dicapai
2.        Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan tentang pengalaman belajar mereka dengan tema pasar.


BAB III
PENUTUP
A.       Kesimpulan
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru untuk mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
CTL mempunyai 7 asas diantaranya konstructivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian nyata. Selain itu guru dan siswa mempunyai peranan yang berbeda. Peran guru dalam penerapan pendekatan ini harus memahami tiga tipe gaya belajar siswa yaitu tipe visual, auditorial, dan kinestetik.
Namun dari konsep CTL tetap mempunyai kelemahan dan kelebihan yang telah di paparkan dalam point pembahasan. Untuk menyikapi kelemahan dan kelebihan tesebut guru harus pandai mengatur strategi dalam memilih materi dan menyiasati kekurangannya tanpa mengabaikan gaya belajar siswa. Dalam penerapannya ada langkah-langkah yang perlu diperhatikan seperti tahap pendahuluan, inti dan penutup.
B.       Penutup
Demikian uraian makalah kami yang berjudul Pendekatan CTL atau Contextual Teaching and Learning. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami meminta kritik dan saran yang membangun guna perbaikan makalah kami ke depan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.







[1] Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Provesionalisme Guru Edisi Kedua, (Bandung : PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm 48.
[2] Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Provesionalisme Guru Edisi Kedua, (Bandung : PT Raja Grafindo Persada, 2012) hlm 50.
[3] Wina Sanjaya, Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Bandung : Kencana Prenada Media, 2006), hlm 262-263.
[4] Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta : Putra Grafika, 2009), hlm 104-106.
[6] Wina Sanjaya, Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Bandung : Kencana Prenada Media, 2006), hlm 270-271.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar