profil

Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan Prodi PGMI 2012

Kamis, 05 Juni 2014

makalah Pembelajaran QH MI

         I.               PENDAHULUAN
Al-Qur’an dan hadits merupakan pedoman utama dalam memberikan tuntunan berperilaku bagi umat Islam. Segala bentuk tata pelaksanaan berkehidupan manusia di muka bumi ini harus berdasarkan pada dua sumber utama ajaran Islam tersebut. Sehingga upaya untuk menggali petunjuk yang ada di dalam Al-Qur’an dan hadits harus terus menerus dilakukan. Proses penggalian makna yang terkandung dalam Al-Qur’an dan hadits merupakan tugas setiap muslim, yang dilakukan tanpa kenal lelah.
Belajar terus menerus untuk mendalami kandungan Al-Qur’an dan hadit smemang tidak mengenal batas umur. Meskipun demikian, jika proses mempelajari Al-Qur’an dan Hadits telah dimulai sejak dini, niscaya akan menghasilkan penguasaan yang lebih baik terhadap kandungan Al-Qur’an dan hadits. Usia anak-anak sekolah MI menjadi usia ideal untuk membelajarkan cara memahami kandungan Al-Qur’andan hadits. Proses pembelajaran memahami kandungan Al-Qur’an dan hadits sebagai kelanjutan dari proses pembelajaran mengartikan Al-Qur’an dan hadits.
      II.               RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian desain pembelajaran memahami Al-Qur’an dan Hadits?
2.      Apa saja tahapan dalam memahami Al- Qur’an dan Hadits?
3.      Apa saja bentuk-bentuk evaluasi pembelajaran memahami Al-Qur’an dan Hadits?
   III.               PEMBAHASAN
1.        Pengertian desain pembelajarn memahami Al - Qur’an dan Hadits.
a.     Desain pembelajaran memahami kandungan Al - Qur’an.
Memahami kandungan ayat-ayat Al - Qur’an menjadi ketrampilan yang sangat bagus yang harus dimiliki oleh seorang muslim. Dengan mampu memahami kandungan ayat-ayat Al-Qur’an akan memudahkan seseorang untuk mewujudkannya dalam amaliah praktis. Sehingga, jika proses untuk memahami kandungan Al - Qur’an ini telah dimulai sejak usia sekolah dasar, maka pengetahuannya tentang tata cara memahami kandungan Al-Qur’an akan lebih berkualitas. Terlebih lagi dalam melaksanakan isi kandungannya.
Di Madrasah Ibtidaiyah, ayat-ayat Al-Qur’an yang telah dipelajari pemahaman kandungannya adalah ayat-ayat yang terdapat dalam surat-surat tertentu dalam juz amma. Maka dalam mengajarkan isi kandungan ayat-ayat tersebut harus mencakup kandungan seluruh ayat dari satu surat.
b.    Desain pembelajaran memahami kandungan hadits.
Pembelajarn memahami kandungan hadits merupakan kelanjutan dari pembelajaran mengartikan hadits. Setelah siswa mengetahui arti harufiyah dari sebuah hadits, maka murid diajarkan untuk memahami isi kandungannya. Dengan memahami kandungan suatu hadits ada gilirannya akan mengantarkan siswa melaksanakan apa yang telah dipahaminya. [1]
2.        Tahapan-tahapan dalam  memahami kandungan Al - Qur’an dan Hadits.
                                        a)       Tahapan memahami isi kandungan Al - Quran.
1)   Kita harus mengetahui dan memahami filosofi Islam sebagai agama yang mendapat ridha Allah SWT.
2)   Kita harus mengetahui tata karma membaca Al - Qur’an.
3)   Kita harus mengetahui bahwa di dalam Al - Qur’an itu banyak sekali surah atau ayat yang mengandung perumpamaan atau berupa perumpamaan.
4)   Kita harus mempergunakan akal ketika mempelajari dan memahami Al - Qur’an.
5)   Kita harus mengetahui bahwa di dalam Al - Qur’an banyak sekali surah atau ayat yang mengandung hikmah atau tidak bisa langsung diartikan, akan tetapi memiliki arti tersirat.
6)   Kita harus mengetahui bahwa Al - Qur’an tidak diturunkan untuk menyusahkan manusia dan harus mendahulukan surah atau ayat yang lebih mudah dan tegas maksudnya untuk segera dilaksanakan.
7)   Kita harus mengetahui bahwa ayat - ayat di dalam Al - Qur’an terbagi dua macam ( Q. S. Ali Imran : 7 ), pertama, ayat - ayat muhkamat yakni ayat - ayat yang tegas, jelas maksudnya dan mudah dimengerti. Ayat - ayat muhkamat adalah pokok - pokok isi Al - Qur’an yang harus dilaksanakan oleh manusia dan dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupannya. Kedua, ayat - ayat yang mutasyabihat adalah ayat - ayat yang sulit dimengerti dan hanya Allah yang mengetahui makna dan maksudnya.
8)   Kita harus menjalankan isi kandungan Al - Qur’an sesuai dengan keadaan dan kesanggupannya masing-masing.[2]
                                        b)      Tahapan memahami isi kandungan hadits.
Dalam memahami hadits ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi diantaranya yaitu:
1)        Memahami Al Hadits Sesuai Petunjuk Al Quran.
Untuk dapat memhami Al Hadits dengan pemahaman yang benar, jauh dari penyimpangan, pemalsuan, dan penafsiran yang buruk, maka kita haruslah memahaminya sesuai dengan petunjuk Al Quran.
2)        Menghimpun Hadits-Hadits yang Terjalin dalam Tema yang Sama.
Untuk berhasil memahami hadits secara benar kita harus menghimpun hadits shahih yang berkaitan dengan satu tema tertentu. Kemudian mengembalikan kandungan yang mutasyabih kepada yang muhkam, mengaitkan yang mutlak dengan yang muqoyyad, dan menafsirkan yang ‘am dengan yang khosh. Dengan cara itu dapatlah dimengerti maksudnya dengan lebih jelas dan tidak dipertentangkan antara hadits satu dan lainnya.
3)        Penggabungan atau Pentarjihan antara Hadits - Hadits yang Bertentangan.
Pada dasarnya nash-nash syari’ah tidak mungkin saling bertentangan. Sebab kebenaran tidak akan bertentangan dengan kebenaran. Karena itu, apabila diandaikan juga adanya pertentangan, maka hal itu hanya tampak dalam luarnya saja, bukan pada kenyataannya yang hakiki. Dan atas dasar itu kita wajib menghilangkannya dengan jalan seperti berikut:
a.         Penggabungan didahulukan sebagai pentarjihan.
Memahami hadits dengan baik termasuk hal yang sangat penting, yaitu dengan cara menyesuaikan antara berbagai hadits shohih yang redaksinya tampak solah - olah bertentangan, demikian pula makna kandungannya yang tampak berbeda. Cara yang digunakan yaitu dengan mengumpulkan semua hadits dan kemudian dinilai secara proporsional sehingga dapat dipersatukan dan tidak saling berjauhan, saling menyempurnakan dan tidak saling bertentangan.
b.        Naskh dalam hadits.
Diantara persoalan kandungan hadits yang dianggap saling bertentangan adalah persoalan naskh (penghapusan) atau adanya hadits yang nasikh (yang menghapus suatu ketentuan) dan yang mansukh (yang terhapus berlakunya). Persoalan naskh ini, ada hubungannya dengan ilmu-ilmu Al -Qur’an sebagaimana ada hubungannya juga dengan ilmu hadits, namun dakwaan tentang adanya naskh dalam hadits tidak sebesar yang didakwahkan didalam Al – Qur’an. Apabila diteliti lebih jauh hadits - hadits yang diasumsikan sebagai mansukh tidaklah demikian.
Hal ini mengingat bahwa diantara hadits-hadits ada yang dimaksudkan sebagai ‘azimah (anjuran melakukan sesuatu walaupun secara berat), dan ada pula yang dimaksudkan sebagai rukhsoh (peluang untuk memilih yang lebih ringan pada suatu ketentuan). Dan karena itu, kedua-duanya mengandung kadar ketentuan yang berbeda, sesuai dengan kedudukannya masing - masing.
4)        Memahami Hadits Sesuai Dengan Latar Belakang, Sitiuasi dan Kondisi Serta Tujuannya.
Untuk dapat memahami hadits nabi dapat dengan memperhatikan sebab - sebab khusus yang melatar belakangi diucapkannya suatu hadits, atau terkait dengan suatu ‘illah tertentu yang dinyatakan dalam hadits tersebut, ataupun dapat dipahami dari kejadian yang menyertainya
5)        Memastikan Makna dan Konotasi Kata-Kata dalam Hadits.
Dalam memahami hadits dengan sebaik - baiknya penting sekali untuk memastikan makna dan konotasi kata - kata yang digunakan dalam susunan kalimat hadits. Sebab, konotasi kata-kata tertentu adakalanya berubah dari suatu masa ke masa lainnya. Adakalanya suatu kelompok manusia menggunakan kata-kata tertentu untuk menunjuk pada makna-makna tertentu pula. Akan tetapi yang ditakutkan di sini adalah apabila mereka menafsirkan kata-kata tersebut yang digunakan dalam hadits (atau juga dalam al Quran) sesuai dengan istilah mereka yang baru (atau yang hanya digunakan dikalangan mereka saja). Disini akan timbul kerancuan dan kekeliruan.[3]
3.        Bentuk-bentuk evaluasi pembelajaran memahami kandungan Al-Qur’an dan Hadits
Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakuakan oleh guru untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Dalam pembalajaran memahami kandungan Al-Qur’an dan hadits keterlibatan peran keluarga, terutama orang tua sangat mendukung dalam meningkatkan mutu pembelajaran.
Dalam evaluasi pembelajaran memahami kandungan Al-Qur’an dan hadits terdapat dua penilaian yakni penilaian proses dan penilaian hasil.
                                        a)       Penilaian proses
Bentuk evalauasi yang tepat untuk dipakai menilai keberhasilan proses pembelajaran materi mamahami kandungan Al-Qur’an dan Hadits adalah dengan teknik untuk kerja, untuk mengetahui seberapa bagus pemahaman siswa terhadap kandungan Al-Qur’an dan Hadits yang telah dipelajari.
                                        b)      Penilaian hasil
Bentuk evalauasi untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang tepat untuk materi pembelajaran memahami kandungan Al-Qur’an dan Hadits adalah tes obyektif dan subyektif dengan teknik lisan atau tulis. Tes ini akan dipakai untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami cara memahami kandungan Al-Qur’an dan Hadits serta sikap mereka setelah menguasai cara memahami kandungan Al-Qur’an dan Hadits. Oleh karena itu dibutuhkan latihan-latihan yang bisa membantu siswa untuk menguasai materi ini dengan lebih baik.[4]
   IV.               KESIMPULAN
Desain memahami kandungan Al-Qur’an dan Hadits, ketika memahami kandungan ayat-ayat Al - Qur’an menjadi ketrampilan yang sangat bagus yang harus dimiliki oleh seorang muslim. Dengan mampu memahami kandungan ayat-ayat Al-Qur’an akan memudahkan seseorang untuk mewujudkannya dalam amaliah praktis. Sedangkan memahami kandungan hadits  merupakan kelanjutan dari pembelajaran mengartikan hadits. Setelah siswa mengetahui arti harufiyah dari sebuah hadits, maka murid diajarkan untuk memahami isi kandungannya.
Tahap memahami Al-Qur’an dan Hadits. Ada beberapa tahap dalam memahami hadits yaitu, memahami al hadits sesuai petunjuk Al-Qur’an, menghimpun hadits-hadits yang terjalin dalam tema yang sama, penggabungan atau pentarjiahan antara hadits-hadits yang bertentangan, memehami hadits sesuai dengan latar belakang, situasi, kondisi serta tujuannya, memastikan makna dan konotasi kata-kata dalam hadits.
Dalam evaluasi pembelajaran memahami Al-Qur’an dan Hadits terdapat dua penilaian yakni penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses, Bentuk evalauasi yang tepat untuk dipakai menilai keberhasilan proses pembelajaran materi mamahami kandungan Al-Qur’an dan Hadits adalah dengan teknik untuk kerja, untuk mengetahui seberapa bagus pemahaman siswa terhadap kandungan Al-Qur’an dan Hadits yang telah dipelajari. Sedangkan penilaian hasil, Bentuk evalauasi untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang tepat untuk materi pembelajaran memahami kandungan Al-Qur’an dan Hadits adalah tes obyektif dan subyektif dengan teknik lisan atau tulis.
      V.               PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat pemaklalah paparkan mengenai “desain dan evaluasi pembelajaran memahami Al-Qur’an dan Hadits”.Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan pembaca.Kami menyadari bahwa dalam makalah kami ini masih banyak kekurangan, kami memohon kritik dan saran yang membangun dari teman-teman supaya makalah kami yang selanjutnya menjadi lebih baik lagi.




[1] Ahmad Lutfi, Pembelajaran Al-Quran dan Hadits, (Jakarta: DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM, 2009), hlm. 234-237
[4]Ahmad Lutfi, Pembelajaran Al-Quran dan Hadits,……., hlm240-241.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar