profil

Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan Prodi PGMI 2012

Senin, 26 Mei 2014

makalah psikologi anak

MAKALAH
Perkembangan Pada Masa Bayi dan Anak

Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Psikologi Anak
Dosen Pengampu: Dra. Ani Hidayati, M.Pd

Disusun oleh:
1.        Rizka Fitriani (123911095)
2.        Umi Mualifah (123911111)
3.        Diasih Azzahra (123911122)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
I.         LATAR BELAKANG
Psikologi menempatkan manusia sebagai objek kajiannya. Manusia sendiri adalah makhluk individual sekaligus makhluk sosial. Menyadari posisi manusia yang demikian, maka secara lebih jelas yang menjadi objek kajian psikologi modern adalah manusia serta aktivitas-aktivitas mentalnya dalam interaksi dengan lingkungannya. Interaksi manusia dengan lingkungannya mencakup wilayah yang sangat luas dan beragam. Sesuai dengan keragaman wilayah interaksi manusia dengan lingkungannya itu, maka muncullah cabang-cabang psikologi.[1]
Psikologi perkembangan pada prinsipnya merupakan cabang dari psikologi. Psikologi berasal dari istilah bahasa Inggris "psychology". Istilah ini pada mulanya berasal dari kata dalam bahasa Yunani "psyche" yang artinya roh, jiwa, atau daya hidup, dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah "psychology" berarti "ilmu jiwa"
Menurut David G. Myers (1996) dalam Psikologi Perkembangan (2005), psikologi perkembangan adalah cabang psikologi yang mempelajari perubahan, dan perkembangan struktur jasmani, perilaku, dan fungsi mental manusia, yang biasanya dimulai sejak terbentuknya makhluk itu melalui pembuahan hingga menjelang mati.
Sedangkan menurut Richard M. Lerner (1967) dalam buku yang sama, merumuskan psikologi perkembangan sebagai pengetahuan yang mempelajari persamaan dan perbedaan fungsi-fungsi psikologis sepanjang hidup.[2]
Setiap individu yang dilahirkan kedunia ini pasti mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan. Mulai dari masa dalam kandungan hingga masa dewasa kelak. Pada setiap masa perkembangan tersebut memilik karakteristik dan ciri-ciri yang berbeda satu sama lain. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang perkembangan pada masa bayi dan masa anak.

II.      RUMUSAN MASALAH
1.        Bagaimana perkembangan seorang individu pada masa bayi ?
2.        Bagaimana perkembangan seorang anak ?

III.   PEMBAHASAN
1.  Perkembangan pada masa bayi
Ahli psikologi perkembangan membatasi periode masa bayi dalam 2 tahun pertama dari periode pascanatal. Masa bayi ini disebut juga sebagai periode vital, karena kondisi fisik dan psikologis bayi merupakan fondasi yang kokoh bagi perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya. Selama dua tahun pertama kehidupannya, perkembangan fisik bayi berlangsung sangat ekstensif. Mereka juga memiliki refleks yang didominasi oleh gerakan-gerakan yang terus berkembang. Dalam rentang waktu 12 bulan , bayi-bayi dapat duduk, berdiri, membungkuk, memanjat dan bahkan berjalan. Tahun kedua pertumbuhan fisiknya melambat, tetapi pada kegiatan seperti berlari dan memanjat pertumbuhannya justru berlangsung cepat.
Pada saat dilahirkan, panjang rata-rata bayi adalah 20 inci atau 50 cm, dengan berat 3,4 kg. Setelah bayi menyesuaikan diri dengan kegiatan makan melalui cara menghisap, menelan, dan mencerna, fisiknya bertumbuh dengan cepat. Bulan-bulan pertama kehidupannya berat badan bayi bertambah sekitar 5-6 ons per minggu. Pada tahun kedua, rata-rata pertumbuhan bayi mengalami perlambatan. Pada usia 2 tahun, berat bayi mencapai sekitar 13 hingga 16 kg dengan tinggi sekitar 32 hingga 35 inci.
Pada masa bayi, terlihat gerakan spontan yang disebut "refleks". Refleks adalah gerakan-gerakan bayi yang bersifat otomatis dan tidak terkoordinir sebagai reaksi terhadap rangsangan tertentu serta memberi bayi respons penyesuaian diri terhadap lingkungannya. Sepanjang bulan pertama kehidupannya, kebanyakan refleks menghilang atau menyatukan dengan gerakan yang relatif disengaja atau penuh arti. Ketika mereka menguasai kemampuan ini, maka ia disebut "skill" atau keterampilan. Refleks dan skill disebut juga kemampuan motorik (motor abilities).[3]
Keterampilan motorik adalah gerakan-gerakan tubuh atau bagian-bagian tubuh yang sengaja, otomatis, cepat, dan akurat. Keterampilan motorik ini dapat dikelompokkan menurut ukuran otot-otot dan bagian-bagian badan yang terkait, yaitu keterampilan motorik kasar (gross motor skill) dan keterampilan motorik halus (fine motor skill).
Keterampilan motorik kasar, meliputi keterampilan otot-otot besar lengan, kaki, dan batang tubuh seperti berjalan dan melompat. Sedangkan motorik halus, meliputi otot-otot kecil yang ada di seluruh tubuh, seperti menyentuh dan memegang. Pada saat dilahirkan bayi masih mengalami kesulitan dalam mengontrol keterampilan motorik halusnya. Pada usia sekitar 4 atau 5 bulan, bayi baru mampu memiliki keterampilan menjangkau dan menggenggam dan selama 2 tahun pertama keterampilan tersebut semakin membaik.
Selain keterampilan motorik, bayi juga memiliki keterampilan sensorik. Bayi yang baru lahir telah dilengkapi dengan peralatan yang dirancang sedemikian rupa untuk mengumpulkan informasi. Alat-alat yang berfungsi untuk menangkap informasi disebut dengan indera (sense) atau sistem sensorik. Jadi semua informasi yang datang pada bayi melalui indera. Tanpa penglihatan, pendengaran, sentuhan, kecakapan, penciuman dan indera lain otak bayi akan terkucil dari dunia; bayi akan hidup dalam kebisuan, kegelapan, tanpa rasa, tanpa warna, dan kehampaan yang kekal.
Menurut hasil penelitian, bayi yang baru lahir memiliki kepekaan terhadap rasa, mereka akan memperlihatkan suatu ekspresi seperti senyum setelah diberi suatu larutan manis. Sebaliknya, mereka akan mengerutkan lidahnya setelah diberi suatu larutan asam. Riset terbaru yang dilakukan dengan menggunakan rekaman video tentang ekspresi wajah sebagai respon atau pengecapan, menyatakan bahwa bayi baru lahir dapat membedakan antara semua rasa, manis, asin, asam, dan pahit.
Bayi yang baru lahir juga telah memiliki reaksi terhadap berbagai bau, baik bau harum maupun busuk. Mereka juga dapat mengenali bau payudara ibu mereka. Dalam suatu penelitian, bayi-bayi yang minum ASI memperlihatkan suatu keinginan yang jelas atas bau kain pelapis payudara ibu mereka ketika berusia 6 hari. Tetapi, ketika mereka berusia 2 hari mereka tidak memperlihatkan keinginan ini. Hal ini menunjukkan bahwa bayi memerlukan beberapa hari untuk menyadari bau tersebut.
Brody, Zelazo, dan Chaika (1984) menemukan bahwa 3 hari setelah kelahiran bayi telah dapat membedakan antara suara-suara ucapan baru dan suara-suara yang telah didengar sebelumnya. Mereka juga terlihat merespon secara selektif terhadap ucapan orang dewasa. Menurut Hutt, et. all., (1968), respon selektif bayi yang baru lahir terhadap ucapan manusia memiliki arti penting bagi kelangsungan hidupnya, sebab ia menjadi bagian yang vital dalam perkembangan hubungan kasih sayang antara orang tua dan anak. Hasil penelitian Muir dan Field (1979) juga menunjukkan bahwa sebagian besar bayi akan memutar kepalanya sekitar 90 derajat ke arah sumber datangnya suara. Bayi juga mampu memperlihatkan respon yang berbeda atas suara yang berbeda, serta kelihatan lebih sensitif terhadap suara manusia yang normal.
Bayi yang baru lahir telah mampu membuat diskriminasi dan menyeleksi berbagai stimulus visual, namun ketajaman visualnya, yaitu kemampuan untuk mendeteksi bagian-bagian secara terpisah dari target penglihatan, belum berkembang secara utuh. Menurut bagan Snellen ketajaman visual bayi dibawah 1 bulan berkisar antara 20/200 hingga 20/600. Hal ini berarti bahwa ketajaman penglihatan bayi berkisar antara 10 hingga 30 kali lebih rendah daripada penglihatan orang dewasa normal (20/20). Sejak usia 6 bulan hingga 1 tahun, ketajaman visual bayi tampak mendekati penglihatan orang dewasa normal, bahkan lebih baik, yakni 20/100.
Pada waktu bayi masih berada dalam kandungan ibunya, badannya telah membentuk sekitar 1,5 miliar sel-sel saraf per menit. Jadi pada saat dilahirkan bayi kemungkinan telah memiliki semua sel-sel otak yang akan dimiliki sepanjang hidupnya. Akan tetapi, sel-sel otak tersebut belum matang dan jaringan urat saraf masih lemah. Setelah lahir hingga usia 2 tahun, sel-sel otak yang belum matang dan jaringan urat saraf yang masih lemah itu terus bertumbuh dengan cepat dan dramatis mencapai kematangan, seiring dengan pertumbuhan fisiknya. Pada saat lahir, berat otak bayi 1/8 dari berat totalnya atau sekitar 25% dari berat otak dewasanya, maka pada ulang tahun kedua otak bayi sudah mencapai kira-kira 75% dari otak dewasanya.
Sejak tahun pertama dari usia anak, fungsi inteligensi sudah mulai tampak dalam tingkah lakunya. Umpamanya dalam tingkah laku motorik dan berbicara. Anak yang cerdas menunjukkan gerakan-gerakan yang lancar, serasi, dan koordinasi. Sedangkan anak yang kurang cerdas, gerakan-gerakannya kaku, dan kurang terkoordinasi. Anak yang cerdas cepat pula perkembangan bahasanya.
Perkembangan kemampuan motorik (berjalan) pada anak yang cerdas dimulai pada usia 12 bulan, anak yang sedang pada usia 15 bulan, yang moron 22 bulan, dan yang idiot 30 bulan. Dalam perkembangan bahasa (berbicara), anak yang cerdas mulai berbicara pada usia 16 bulan, moron 34 bulan, dan idiot 51 bulan.
Dilihat dari perkembangan kognitif menurut Piaget, usia bayi ini berada pada periode sensorimotor. Bayi mengenal obyek-obyek yang berada dilingkungannya melalui sistem penginderaan (seperti penglihatan dan pendengaran) dan gerakan motoriknya (refleks, seperti mengenyot dan menggerakkan kepala ke arah sumber rangsang). Meskipun ketika dilahirkan seorang bayi sangat bergantung dan tidak berdaya, tetapi sebagian alat-alat inderanya sudah langsung bisa berfungsi, seperti gerakan mengenyot dan mengisap puting susu ibunya.[4]

2.  Perkembangan pada masa anak
Masa anak-anak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni kira-kira usia 2 tahun sampai saat anak matang secara seksual, yakni kira-kira usia 13 tahun untuk wanita dan 14 tahun untuk pria. Sejumlah ahli membagi masa anak-anak menjadi dua, yaitu masa anak-anak awal dan masa anak-anak akhir. Masa anak-anak awal berlangsung dari umur 2 tahun sampai 6 tahun, dan masa anak-anak akhir dari usia 6 tahun sampai saat anak matang secara seksual (Hurlock, 1980).[5]
Perkembangan tanggapan anak, tidak terlepas dengan mempelajari teori-teori perkembangan pengamatan anak. Dalam polanya kedua aspek tersebut memang berbeda tapi antara keduanya saling terkait dan ada kesamaan yang mendasar yakni : adanya proses belajar mengenal atau menguasai obyek, atas stimulus yang datang kepadanya, dengan menggunakan potensi yang dimilikinya. Dan dikatakan tanggapan itu terkait dengan pengamatan sebab tanggapan itu sendiri merupakan hasil kenangan dari adanya proses pengamatan.
Perkembangan motorik dan sensorik pada anak tentunya berbeda dengan perkembangan pada masa bayi. Dalam perkembangan motorik unsur yang menentukan ialah otot, syaraf, dan otak. Motorik pada anak terlihat pada cara mereka memegang, berjalan, dan menyepak. Pada cara memegang mereka hanya akan asal memegang saja. Pada orang dewasa mereka berjalan hanya menggunakan otot-otot yang perlu saja, sedangkan ketika anak berjalan seolah-olah seluruh tubuhnya ikut bergerak. Cara menyepak yang dilakukan pada masa anak, mereka akan menggerakkan tangannya kedepan dengan berlebihan.[6]
Perkembangan bahasa pada anak, dari hasil penelitian diperoleh: Pertama, anak mempunyai kesanggupan untuk menyatakan apa yang terkandung dalam pikirannya dengan suara. Potensi itu mempunyai kemungkinan besar untuk dikembangkan. Kedua, bahasa merupakan suatu kelebihan untuk manusia sebagai dasar untuk membedakan antara subjek dan obyek. Khusus pada anak yang buta-tuli, mereka mempunyai cara atau tanda tersendiri untuk menyatakan isi hatinya.[7]
Suami istri Clara dan William Stern membagi perkembangan bahasa anak yang normal dalam 4 periode perkembangan yaitu:
1)    Prastadium. Pada tahun pertama: meraban, kemudian menirukan bunyi-bunyi.
2)    Masa pertama: 12-18 bulan. Stadium kalimat-satu-kata. Satu perkataan dimaksudkan untuk mengungkapkan satu perasaan atau satu keinginan.
3)    Masa kedua: 18-24 bulan. Mengalami stadium-nama. Pada saat ini timbul kesadaran bahwa setiap benda mempunyai nama. Jadi ada kesadaran tentang bahasa.
4)    Masa ketiga: 24-30 bulan. Mengalami stadium-flexi, (flexi, flexico = menafsirkan, mengikrabkan kata-kata).
5)    Masa keempat. Mulai usia 30 bulan keatas, stadium anak kalimat.[8]
Daya ingatan anak akan bersifat tetap jika anak telah mencapai kurang lebih 4 tahun. Selanjutnya daya ingatan anak akan mencapai intensitas terbesar atau terbaik dan kuat jika anak berumur 8-12 tahun, pada saat itu daya menghafal atau daya memorisasi dapat memuat sejumlah materi hafalan sebanyak mungkin.
Sebelum umur setengah tahun anak pada umumnya belum mengenal benda sekitarnya secara hakiki. Anak saat itu baru mengenal keadaan atau situasinya saja. Baru umur lebih dari setengah tahun secara perlahan lahan anak mulai mengenal lingkungannya.[9]

IV.   KESIMPULAN
Perkembangan manusia pada masa bayi dimulai dari usia 0 hingga 2 tahun. Masa bayi ini disebut juga sebagai periode vital, karena kondisi fisik dan psikologis bayi merupakan fondasi yang kokoh bagi perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya. Selama dua tahun pertama kehidupannya, perkembangan fisik bayi berlangsung sangat ekstensif. Mereka juga memiliki refleks yang didominasi oleh gerakan-gerakan yang terus berkembang.
Masa anak-anak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni kira-kira usia 2 tahun sampai saat anak matang secara seksual, yakni kira-kira usia 13 tahun untuk wanita dan 14 tahun untuk pria. Sejumlah ahli membagi masa anak-anak menjadi dua, yaitu masa anak-anak awal dan masa anak-anak akhir. Masa anak-anak awal berlangsung dari umur 2 tahun sampai 6 tahun, dan masa anak-anak akhir dari usia 6 tahun sampai saat anak matang secara seksual.

V.      PENUTUP
Demikian makalah ini kami susun dengan segala keterbatasan. Oleh sebab itu kami membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan makalah selanjutnya. Terimakasih atas perhatian pembaca. Semoga makalah kami bermanfaat.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, Munawar Sholeh. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
L, Zulkifli. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Yusuf LN, Syamsu. 2000. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
http://pujiekowati.blogspot.com/p/111-keadaan-psikologi-bayi-dan-anak.html diakses pada Kamis 20 Maret 2014 pukul 13.26 WIB




[1] Dra. Desmita, M.Si, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) hlm.4
[2] Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005) hlm. 33
[3] Desmita, Psikologi Perkembangan ..., hlm. 91-92
[4] Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000) hlm. 153
[5] Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2005) hlm. 127
[6] Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005) hlm. 31
[7] Zulkifli L, Psikologi Perkembangan ..., hlm. 34
[9] Abu Ahmadi, Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2005) hlm. 90-94