PERAN ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK
MAKALAH
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah: Karya Tulis Ilmiah
Dosen
Pengampu: Syamsul Ma’arif M.Ag

Disusun
Oleh:
Diasih
Azzahra 123911122
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
- PENDAHULUAN
Pendidikan bukan
hanya ada di sekolah saja tetapi pendidikan itu bisa dengan membimbing dan
mengarahkan anak kepada norama-norma agama dan adab sopan santun dalam
kehidupannya nanti di masyarakat. Dengan bimbingan dan pengarahan yang baik
dari orang tua terhadap anak sejak usia dini maka diharapkan setelah dewasa
nanti segala tindakannya akan selalu didasari dengan nilai-nilai agama.
Sekarang ini banyak
sekali para orang tu yang kurang memperhatikan dan megarahlan anaknya, justru
mereka sibuk dengan kepentingannya sendiri sehingga lupa dengan kewajibannya
sebagai orang tua yang sangat di butuhkan oleh seorang anak. Keutuhan orang tua
juga merupakan salah satunya untuk mendukung pendidikan seorang anak, karena
itu akan membuat seorang anak merasa mendapat perhatian dan kasih sayang dari
orang tuanya, terapi tidak menutup kemungkinan bagi seorang anak yang tidak
memiliki orang tua yang utuh masih bisa mendapatkan pendidikan dari orang
tuanya, itu semua tergantung dari masing-masing individunya.
- RUMUSAN MASALAH
A.
Apakah
peran atau posisi keluarga dalam menentukan pendidikan anak?
B.
Bagaimana
pola asuh orang tua dalam membantu anak memiliki dan mengembangkan dasar-dasar
pendidikan untuk anak?
C.
Bagaimana pendidikan karakter bagi anak?
- PEMBAHASAN
A. Peran orang tua dalam menentukan pendidikan anak
Pendidikan umum dilaksanakan dalam
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dengan demikian keluarga merupakan
salah satu lembaga yang mengemban tugas dan tanggung jawab dalam pencapaian
tujuan pendidikan.
Pribadi yang memiliki dasar dasar dan
mampu mengembangkan disiplin diri berarti memiliki keteraturan diri berdasarkan
acuan nilai moral. Sehubungan dengan itu, disiplin diri dibangun dari asimilasi
dan penggabungan nilai nilai moral untuk diinternalisasi oleh subjek didik
sebagai dasar dasar untuk mengarahkan prilakunya. Untuuk mengupayakan hal itu
orang tua dituntut untuk memiliki keterampilan pedagogis dan proses
pembelajaran pada tataran tertinggi. (wayson, 1985: 228)
Orang tua dapat meralisasikannya dengan cara
menciptakan situasi dan kondisi yang di hayati oleh anak anak agar memiliki
dasar dasar dalam mengembangkan disiplin diri. Dengan upaya ini berarti orang
tua telah merealisasikan pelaksanaan undang-undang no 11 tahun 1989 tentang
system pendidikan nasional (UUSPN). Yang
menyebutkan : pendidkan dalam keluarga memberikan keyakinan agama, nilai budaya
yang mencakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulan serta pandangan,
ketrampilan, dan sikap hidup yang mendukung kehidupan masyarakat, bervbangsa,
dan bernegara kepada anggota keluarga yang bersangkutan.
Anak yang berdisiplin diri memiliki
keteraturan diri berdasarkan nilai agama, nilai budaya, aturan-atuaran
pergaualn, pandangan hidup, dan sikap hidup yang bermakna bagi dirinya sendiri,
masyarakat, bangsa dan Negara. Artinya tanggung jawab orang tua adalah
mengupayakan agar anak berdisiplin diri untuk melaksanakan hubungna dengan
tuhan yang menciptakannya, dirinya sendiri, sesame manusia, dan lingkungna alam
dan makhluk hidup lainnya berdasarkan nilai moral. Orang tua yang mampu
berprilaku seperti di atas, berarti mereka telah mencerminkan nilai-nilai moral
dan bertanggung jawab untuk mengupayakannya. (wayson, 1985 :229)
Orang tua yang bersikap otoriter dan
yang memberikan kebebasan penuh menjadi pendorong bagi anak untukberprilaku
agresif. Orang tua yang bersikap demokratis tidak memberikan andil terhadap
prilaku anak untuk agresif dan menjadi pendorong terhadap perkembanagn
anak kea rah yang positif.
Hubungan antara
prilaku agresif dengan disiplin diri adalah bahwa anak-anak yang memiliki
disiplin diri diupayakan melalui kultur, situasi, dan kondisi yang mencerminkan
nilai-nilai moral dan demokratisasi dalam kehidupan keluarga sehingga tidak ada
kesempatan untuk memiliki prilaku agresif dan lingkungan eksternal ditata oleh
orang tua yang memberikan dukungannya. Slah satu nilai
moral yang diupayakan untuk dimiliki anak dalam prilaku berdisiplin diri adalah
nilai moral social yang merupakan esensi untuk mencegah prilaku agresif. [1]
Dalam situasi
pergaulan ditemukan momen kepercayaan sebagai syarat teknis terciptanya situasi
pergaulan itu sendiri. Sementara dalam situasi pendidikan ditmukan pengubahan,
penjelmaan, atau trasformasi kepercayaan menjadi kewibawaan. Selanjutnya telah
dijelaskan bahwa kepercayaan adalah prototipe yang akan berkembang menjadi
kewibawaan jika situasi pergaulan diubah menjadi situasi pendidikan.[2]
B.
Pola asuh
orang tua dalam membantu anak memiliki dan mengembangkan dasar-dasar
pendidikan untuk anak.
Pola asuh orang tua dalam membantu
anak untuk mengembangkan disiplin diri ini adalah upaya orang tua yang
diaktualisasikan terhadap penataan : lingkungan fisik, lingkungan social
internal dan eksternal, dialog dengan anak-anaknya, suasana psikologis, social
budaya, prilaku yang ditampilkan pada saat terjadinya “pertemuan” dengan
anak-anak, control terhadap prilaku anak-anak, dan menentukan nilai-nilai moral
sebagai dasar berprilaku dan yang diupayakan kepada anak-anak.
Keterkaitan pola
asuh orang tua dengan anak berdisiplin diri dimaksudkan sebagai upaya orang tua
dalam meletakkan dasar-dasar disiplin diri kepada anak dan membantu
mengembangkannya sehingga anak memiliki disiplin diri. Intensitas kebutuhan
anak untuk mendapatkan bantuan dari orang tua bagi kepemilikan dan
pengembanagan dasar-dasar disiplin diri, menunjukkan adanya kebutuhan internal
: tingkat rendah, manakala anak membutuhkan banyak bantuan dari orang tua untuk
memiliki dan mengembangkan dasar dasar disiplin diri (berdasarkan nalar) dan
tingkat tinggi, manakala anak sedikit sekali atau tidak lagi memerlukan bantuan
serta control orang tua untuk memiliki dan mengembangkan dasar dasar disiplin
diri (berdasarkan kata hati).[3]
C.
Pendidikan karakter bagi anak
Dalam pendidikan
karakter, anak memang sengaja dibangun karakternya agar mempunyai nilai-nilai
kebaikan sekaligus mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu
kepada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan sekitar,
bangsa, negara maupun hubungan internasional sebagai sesama penduduk dunia.
Diantara karakter
baik yang hendaknya dibangun dalam keperibadian anak adalah bisa
bertanggungjawab, jujur, dapat dipercaya, menepati janji, ramah, peduli kepada
orang lain, percaya diri, pekerja keras, bersemangat, tekun, tak mudah putus
asa, bisa berfikir secara rasional dan kritis, kreatif dan inovatif, dinamis,
bersahaja, rendah hati, tidak sombong, sabar, cinta ilmu dan kebenaran, rela
berkorban, berhati-hati, bisa mengendalikan diri, tidak mudah terpengaruh oleh
informasi yang buruk, mempunyai inisiatif, setia, menghargai waktu, dan bisa
bersikap adil.
Menurut Suyanto,
setidaknya terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur
universal sebagai berikut :
1.
Cinta tuhan dan segenap ciptaan-Nya.
2.
Kemandirian dan tanggungjawab
3.
Kejujuran atau amanah
4.
Hormat dan santun
5.
Dermawan, suka menolong, dan kerjasama
6.
Perrcaya diri dan pekerja keras
7.
Kepemimpinan dan keadilan
8.
Baik dan rendah hati
9.
Toleransi, kedamaian, dan kesatuan[4]
Kesembilan pilar
karaktersebagaimana di atas hendaknya diajarkan secara sistematisdalam model
pendidikan yang holistik. Apabila kesembilan karakter tersebut benar-benar
dipahami, dirasakan, kebaikan dan perlunya dalam kehidupan, dan diwujudkan
dalam prilaku sehari-hari, inilah sesungguhnya pendidikan karakter yang
diharapkan. Sebagaimana pilar karakter yang pertama, yakni cinta tuhan dan
segenap ciptaan-Nya. Pilar ini adalah yang paling penting dalam kehidupan
manusia. Apabila seseorang bisa mencintai tuhannya, kehidupan akan penuh dengan
kebaikan. Apalagi, cinta kepada tuhan ini juga disempurnakan dengan mencintai
ciptaan-Nya. Ciptaan tuhan adalah seluruh alam semasta dan isinya. Dengan
demikian, mencintai ciptaan-Nya berarti mencintai sesama manusia, hewan,
tumbuhan, atau seluruh alam ini. Orang yang mempunyai karakter demikian akan
berusaha berprilaku penuh cinta dan kebaikan. Bila demikianadanya, betapa
indahnya hidup ini.
Pilar yang
keduaadalah kemandirian dan tanggung jawab. Setelah mencintai tuhan dan ciptaan-Nya,
karakter mujlia yang harus dibangun adalah kemandirian dan tanggungjawab.
Banyak sekali orang melakukan perbuatan tidak menyenangkan orang lain, bahkan
merugikan banyak pihak karena seseorang tidak mempunyai sifat kemandirian.
Demikian pula dengan tanggung jawab, sungguh inilah hal mendasar yang harus
dimiliki setiap manusia. Tanpa tanggung jawab, manusia tak lebih hanyalah sosok
yang tidak berguna akal sehatnya. Oleh karena itu, setiap orang harus mempunyai
rasa tanggung jawab ini minimal bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Setelah orang
mempunyai jiwa kemandirian dan bertanggung jawab, pilar karakter yang harus
dibangun dalam diri anak adalah kejujuran dan sekaligus berjiwa amanah.
Kejujuran dan berjiwa amanah ini adalah kunci sukses seseorang dalam menjalin
hubungan dengan siapa pun. Barangsiapa yang mengabaikan kejujuran, apalagi
tidak berjiwa amanah, akan ditinggalkan atau tidak disukai oleh sahabat dan
kenalannya.
Pilar karakter
yang keempat adalah hormat dan santun. Inilah karakter penting yang harus ada
dalam diri manusia agar dapat menjalin kerjasama dalam kehidupan yang damai dan
menyenangkan. Manusia yang tidak mempunyai rasa hormat dan sopan santun, tentu
akan sulit menjalin hubungan dalam pergaulan. Orang yang demikian akan dijauhi
oleh orang lain karena dinilai angkuh dan sombong. Oleh karena itu, pendidikan
perlu membangun karakter anak didiknya agar mempunyai sifat hormat dan santun
dalam pergaulan. Dengan demikian, mereka akan menjadikan pribadi-pribadi yang
menyenangkan.
Pilar karakter
kelima yang harus dibangun dalam pendidikan adalah dermawan, suka menolong, dan
kerja sama. karakter dermawan dan suka menolong adalah kemuliaan yang ada dalam
diri manusia. Hanya orang-orang yang berjiwa besar yang mempunyai sifat bisa
dermawan dan suka menolong. Sifat ini tidak mengharuskan seseorang untuk
menjadi kaya terlebih dahulu baru bisa dermawan dan suka menolong. Orang yang
tidak kaya pun bisa mempunyai sifat yang mulia ini.
Pilar karakter
keenam yang harus dibangun adalah percaya diri dan pekerja keras. Inilah hal
yang sangat penting agar seseorang dapat memperoleh apa yang diinginkan,
mencapai segala sesuatu yang menjadi impiannya, atau meraih cita-cita yang
mulia dalam kehidupan ini. Tanpa mempunyai kepercayaan diri yang kuat, seorang
akan mudah ragu-ragu dalam melangkah.inilah penyakit hati yang sering membuat
seseorang gagal dalam setiap usaha yang dilakukannya atau bahkan seseorang tak
pernah jadi melangkah karena selalu saja disergap keraguan. Dengan demikian,
karekter percaya diri harus dibangun dalam diri anak semenjak dini. Agar
kepercayaan diri yang dimiliki oleh anak semakin memperkuat karakter sebagai
insan yang sukses, perlu dibangun bersamaan dengan karakter sebagai pribadi
yang pekerja kerasa. Dengan demikian, denagn dua karakter tersebut, anak akan
menjadi pribadi yang tangguh dan tak mudah menyerah dalam setiap melakukan
sebuah usaha di kehidupan.
Pilar karakter
yang ketuju adalh kepemimpinan dan keadilan. Seetiap manusia pasti akan menjadi
pemimpin entah itu menjadi pemimpin bagi keluarganya, anak-anaknya, lingkungan
temoat tinggal, negara, perusahaan, kelompok, organisasi, atau bahkan pemimpin
bagi dirinya. Dalam lingkup kehidupan berbangsa dan bernegara, kebutuhan akan
pribadi-pribadi yang mempunyai karakter kepemimpinan dan keadilan sangatlah
diharapkan. Tanpa kepemimpinan dan keadilan, alamat negara akan menuju
kehancuran.
Pilar karakter
yang kedelapan adalah baik dan rendah hati. Inilah hal yang sangat penting
dimiliki oleh setiap orang-orang yang terdidik, yangkni memiliki karakter baik
dan rendah hati. Apabila orang-orang yang terdidik tidak mempunyai karakter
yang baik dan rendah hati, akan banyak kerusakan terjadi di muka bumi.
Pendidikan hany bisa mencetak manusia-manusia yang cerdas secara intelektual,
namunberkarakter buruk dan mempunyai prilaku yang sombong kepada orang lain.
Pilar karakter
yang kesembilan adalah toleransi, kedamaian, dan kesatan. Inilah hal yang
sangat penting untuk membangun kehidupan bersama yang damai dan menyenangkan.
Sungguh, pilar karakter yang kesembilan ini penting sekali, apalagi bila
akhir-akhir memerhatikan kekerasan yang sering terjadi di negeri ini. Oleh
karena perbedaan pendapat, antar kampung bisa saling tawur hingga mnimbulkan
korban, tidak hanya korban harta dan benda, bahkan nyawa oleh karena perbedaan
keyakinan, sekelompok tertentu yang merasa benar dan terganggu oleh kelopmok
lainnya akhirnya menyerang. Oleh karena itu pendidikan bertanggung jawab untuk
bisa membangun pilar karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan dalam diri
setiap anak didiknya.[5]
Kesmbilan pilar
karakter tersebut tersebut hendaknya menjadi dasar pendidikan karakter sejak
usia kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas.
Betapa penting masa kanak-kanak tersebut untuk membangun pilar karakter yang
baik bagi anak. Setelah pada masa usia emas, peningkatan 30% berikutnya terjadi
pada usaia 8 tahun, sedangkan yang 20%sisanya pada pertengahan atau akhir
dasawarsa kedua. Oleh karena itu, keluarga dan sekolah mempunyai tanggung jawab
yang besar untuk memrhatikan masa kanak-kanak sebagai usia yang sangat penting
dalam menanamkan nilai-nilai, membangun kesadaran, dan mengembangkan
kecerdasannya.
Denagn demikian,
pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter yang
baik kepada semua yang terlibat dan sebagai warga sekolah sehingga mempunyai pengetahuan,
kesadaran dan tindakan dalam melaksanakan nilai-nilai tersebut.
- KESIMPULAN
Pribadi yang memiliki dasar dasar dan
mampu mengembangkan disiplin diri berarti memiliki keteraturan diri berdasarkan
acuan nilai moral. Sehubungan dengan itu, disiplin diri dibangun dari asimilasi
dan penggabungan nilai nilai moral untuk diinternalisasi oleh subjek didik
sebagai dasar dasar untuk mengarahkan prilakunya. Untuuk mengupayakan hal itu
orang tua dituntut untuk memiliki keterampilan pedagogis dan proses pembelajaran
pada tataran tertinggi.
Dalam situasi
pergaulan ditemukan momen kepercayaan sebagai syarat teknis terciptanya situasi
pergaulan itu sendiri. Sementara dalam situasi pendidikan ditmukan pengubahan,
penjelmaan, atau trasformasi kepercayaan menjadi kewibawaan. Selanjutnya telah
dijelaskan bahwa kepercayaan adalah prototipe yang akan berkembang menjadi
kewibawaan jika situasi pergaulan diubah menjadi situasi pendidikan.
Pola asuh orang tua dalam membantu
anak untuk mengembangkan disiplin diri ini adalah upaya orang tua yang
diaktualisasikan terhadap penataan : lingkungan fisik, lingkungan social
internal dan eksternal, dialog dengan anak-anaknya, suasana psikologis, social
budaya, prilaku yang ditampilkan pada saat terjadinya “pertemuan” dengan anak-anak,
control terhadap prilaku anak-anak, dan menentukan nilai-nilai moral sebagai
dasar berprilaku dan yang diupayakan kepada anak-anak.
Diantara karakter
baik yang hendaknya dibangun dalam keperibadian anak adalah bisa
bertanggungjawab, jujur, dapat dipercaya, menepati janji, ramah, peduli kepada
orang lain, percaya diri, pekerja keras, bersemangat, tekun, tak mudah putus
asa, bisa berfikir secara rasional dan kritis, kreatif dan inovatif, dinamis,
bersahaja, rendah hati, tidak sombong, sabar, cinta ilmu dan kebenaran, rela
berkorban, berhati-hati, bisa mengendalikan diri, tidak mudah terpengaruh oleh
informasi yang buruk, mempunyai inisiatif, setia, menghargai waktu, dan bisa
bersikap adil.
Menurut Suyanto,
setidaknya terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur
universal sebagai berikut :Cinta tuhan dan segenap ciptaan-Nya, Kemandirian dan
tanggungjawab, Kejujuran atau amanah, Hormat dan santun, Dermawan, suka
menolong, dan kerjasama, Percaya diri dan pekerja keras, Kepemimpinan dan
keadilan, Baik dan rendah hati, Toleransi, kedamaian, dan kesatuan.
- PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, kami
menyadari makalah yang kami susun jauh dari kata sempurna maka dari itu kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna memperbaiki makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberi pengetahuan baru dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
[1] Moh. Shochib, Pola Asuh Orang
Tua, (Jakarta: Peerbit Rineka Cipta,
2010) hlm 2-5
[2] Sahlan Syafei,Bagaimana
Anda Mendidik Anak, (Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 2005) hlm 27.
[3] Moh. Shochib, Pola Asuh Orang
Tua, (Jakarta
:Penerbit Rineka Cipta, 2010 ) hlm 15-16.
[4] Akhmad Muhaimin Azzet,Urgensi
Pendidikan Karakter Indonesia, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013) hlm 29
[5] Akhmad Muhaimin Azzet,Urgensi
Pendidikan Krtakter di Indonesia, ( Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013) hlm
30-34.