MAKALAH
Perkembangan Pada Masa
Bayi dan Anak
Disusun Guna
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah :
Psikologi Anak
Dosen Pengampu: Dra. Ani Hidayati, M.Pd

Disusun oleh:
1.
Rizka Fitriani (123911095)
2.
Umi Mualifah (123911111)
3.
Diasih Azzahra (123911122)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
WALISONGO
SEMARANG
2014
I.
LATAR
BELAKANG
Psikologi
menempatkan manusia sebagai objek kajiannya. Manusia sendiri adalah makhluk
individual sekaligus makhluk sosial. Menyadari posisi manusia yang demikian,
maka secara lebih jelas yang menjadi objek kajian psikologi modern adalah
manusia serta aktivitas-aktivitas mentalnya dalam interaksi dengan
lingkungannya. Interaksi manusia dengan lingkungannya mencakup wilayah yang
sangat luas dan beragam. Sesuai dengan keragaman wilayah interaksi manusia
dengan lingkungannya itu, maka muncullah cabang-cabang psikologi.[1]
Psikologi
perkembangan pada prinsipnya merupakan cabang dari psikologi. Psikologi berasal
dari istilah bahasa Inggris "psychology". Istilah ini pada
mulanya berasal dari kata dalam bahasa Yunani "psyche" yang
artinya roh, jiwa, atau daya hidup, dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara
harfiah "psychology" berarti "ilmu jiwa"
Menurut
David G. Myers (1996) dalam Psikologi Perkembangan (2005), psikologi perkembangan
adalah cabang psikologi yang mempelajari perubahan, dan perkembangan struktur
jasmani, perilaku, dan fungsi mental manusia, yang biasanya dimulai sejak
terbentuknya makhluk itu melalui pembuahan hingga menjelang mati.
Sedangkan
menurut Richard M. Lerner (1967) dalam buku yang sama, merumuskan psikologi
perkembangan sebagai pengetahuan yang mempelajari persamaan dan perbedaan
fungsi-fungsi psikologis sepanjang hidup.[2]
Setiap
individu yang dilahirkan kedunia ini pasti mengalami fase pertumbuhan dan
perkembangan. Mulai dari masa dalam kandungan hingga masa dewasa kelak. Pada
setiap masa perkembangan tersebut memilik karakteristik dan ciri-ciri yang
berbeda satu sama lain. Dalam makalah
ini kami akan membahas tentang perkembangan pada masa bayi dan masa anak.
II.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Bagaimana
perkembangan seorang individu pada masa bayi ?
2.
Bagaimana
perkembangan seorang anak ?
III.
PEMBAHASAN
1. Perkembangan pada masa bayi
Ahli
psikologi perkembangan membatasi periode masa bayi dalam 2 tahun pertama dari
periode pascanatal. Masa bayi ini disebut juga sebagai periode vital, karena
kondisi fisik dan psikologis bayi merupakan fondasi yang kokoh bagi
perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya. Selama dua tahun pertama
kehidupannya, perkembangan fisik bayi berlangsung sangat ekstensif. Mereka juga
memiliki refleks yang didominasi oleh gerakan-gerakan yang terus berkembang.
Dalam rentang waktu 12 bulan , bayi-bayi dapat duduk, berdiri, membungkuk,
memanjat dan bahkan berjalan. Tahun kedua pertumbuhan fisiknya melambat, tetapi
pada kegiatan seperti berlari dan memanjat pertumbuhannya justru berlangsung
cepat.
Pada
saat dilahirkan, panjang rata-rata bayi adalah 20 inci atau 50 cm, dengan berat
3,4 kg. Setelah bayi menyesuaikan diri dengan kegiatan makan melalui cara
menghisap, menelan, dan mencerna, fisiknya bertumbuh dengan cepat. Bulan-bulan
pertama kehidupannya berat badan bayi bertambah sekitar 5-6 ons per minggu.
Pada tahun kedua, rata-rata pertumbuhan bayi mengalami perlambatan. Pada usia 2
tahun, berat bayi mencapai sekitar 13 hingga 16 kg dengan tinggi sekitar 32
hingga 35 inci.
Pada
masa bayi, terlihat gerakan spontan yang disebut "refleks". Refleks
adalah gerakan-gerakan bayi yang bersifat otomatis dan tidak terkoordinir
sebagai reaksi terhadap rangsangan tertentu serta memberi bayi respons
penyesuaian diri terhadap lingkungannya. Sepanjang bulan pertama kehidupannya,
kebanyakan refleks menghilang atau menyatukan dengan gerakan yang relatif
disengaja atau penuh arti. Ketika mereka menguasai kemampuan ini, maka ia
disebut "skill" atau keterampilan. Refleks dan skill disebut juga
kemampuan motorik (motor abilities).[3]
Keterampilan
motorik adalah gerakan-gerakan tubuh atau bagian-bagian tubuh yang sengaja,
otomatis, cepat, dan akurat. Keterampilan motorik ini dapat dikelompokkan menurut
ukuran otot-otot dan bagian-bagian badan yang terkait, yaitu keterampilan
motorik kasar (gross motor skill) dan keterampilan motorik halus
(fine motor skill).
Keterampilan
motorik kasar, meliputi keterampilan otot-otot besar lengan, kaki, dan batang
tubuh seperti berjalan dan melompat. Sedangkan motorik halus, meliputi
otot-otot kecil yang ada di seluruh tubuh, seperti menyentuh dan memegang. Pada
saat dilahirkan bayi masih mengalami kesulitan dalam mengontrol keterampilan
motorik halusnya. Pada usia sekitar 4 atau 5 bulan, bayi baru mampu memiliki
keterampilan menjangkau dan menggenggam dan selama 2 tahun pertama keterampilan
tersebut semakin membaik.
Selain
keterampilan motorik, bayi juga memiliki keterampilan sensorik. Bayi yang baru
lahir telah dilengkapi dengan peralatan yang dirancang sedemikian rupa untuk
mengumpulkan informasi. Alat-alat yang berfungsi untuk menangkap informasi
disebut dengan indera (sense) atau sistem sensorik. Jadi semua informasi
yang datang pada bayi melalui indera. Tanpa penglihatan, pendengaran, sentuhan,
kecakapan, penciuman dan indera lain otak bayi akan terkucil dari dunia; bayi
akan hidup dalam kebisuan, kegelapan, tanpa rasa, tanpa warna, dan kehampaan
yang kekal.
Menurut
hasil penelitian, bayi yang baru lahir memiliki kepekaan terhadap rasa, mereka
akan memperlihatkan suatu ekspresi seperti senyum setelah diberi suatu larutan
manis. Sebaliknya, mereka akan mengerutkan lidahnya setelah diberi suatu
larutan asam. Riset terbaru yang dilakukan dengan menggunakan rekaman video
tentang ekspresi wajah sebagai respon atau pengecapan, menyatakan bahwa bayi
baru lahir dapat membedakan antara semua rasa, manis, asin, asam, dan pahit.
Bayi
yang baru lahir juga telah memiliki reaksi terhadap berbagai bau, baik bau
harum maupun busuk. Mereka juga dapat mengenali bau payudara ibu mereka. Dalam
suatu penelitian, bayi-bayi yang minum ASI memperlihatkan suatu keinginan yang
jelas atas bau kain pelapis payudara ibu mereka ketika berusia 6 hari. Tetapi,
ketika mereka berusia 2 hari mereka tidak memperlihatkan keinginan ini. Hal ini
menunjukkan bahwa bayi memerlukan beberapa hari untuk menyadari bau tersebut.
Brody,
Zelazo, dan Chaika (1984) menemukan bahwa 3 hari setelah kelahiran bayi telah
dapat membedakan antara suara-suara ucapan baru dan suara-suara yang telah
didengar sebelumnya. Mereka juga terlihat merespon secara selektif terhadap
ucapan orang dewasa. Menurut Hutt, et. all., (1968), respon selektif bayi yang
baru lahir terhadap ucapan manusia memiliki arti penting bagi kelangsungan hidupnya,
sebab ia menjadi bagian yang vital dalam perkembangan hubungan kasih sayang
antara orang tua dan anak. Hasil penelitian Muir dan Field (1979) juga
menunjukkan bahwa sebagian besar bayi akan memutar kepalanya sekitar 90 derajat
ke arah sumber datangnya suara. Bayi juga mampu memperlihatkan respon yang
berbeda atas suara yang berbeda, serta kelihatan lebih sensitif terhadap suara
manusia yang normal.
Bayi
yang baru lahir telah mampu membuat diskriminasi dan menyeleksi berbagai
stimulus visual, namun ketajaman visualnya, yaitu kemampuan untuk mendeteksi
bagian-bagian secara terpisah dari target penglihatan, belum berkembang secara
utuh. Menurut bagan Snellen ketajaman visual bayi dibawah 1 bulan berkisar
antara 20/200 hingga 20/600. Hal ini berarti bahwa ketajaman penglihatan bayi
berkisar antara 10 hingga 30 kali lebih rendah daripada penglihatan orang
dewasa normal (20/20). Sejak usia 6 bulan hingga 1 tahun, ketajaman visual bayi
tampak mendekati penglihatan orang dewasa normal, bahkan lebih baik, yakni
20/100.
Pada
waktu bayi masih berada dalam kandungan ibunya, badannya telah membentuk
sekitar 1,5 miliar sel-sel saraf per menit. Jadi pada saat dilahirkan bayi
kemungkinan telah memiliki semua sel-sel otak yang akan dimiliki sepanjang
hidupnya. Akan tetapi, sel-sel otak tersebut belum matang dan jaringan urat
saraf masih lemah. Setelah lahir hingga usia 2 tahun, sel-sel otak yang belum
matang dan jaringan urat saraf yang masih lemah itu terus bertumbuh dengan
cepat dan dramatis mencapai kematangan, seiring dengan pertumbuhan fisiknya.
Pada saat lahir, berat otak bayi 1/8 dari berat totalnya atau sekitar 25% dari
berat otak dewasanya, maka pada ulang tahun kedua otak bayi sudah mencapai
kira-kira 75% dari otak dewasanya.
Sejak
tahun pertama dari usia anak, fungsi inteligensi sudah mulai tampak dalam
tingkah lakunya. Umpamanya dalam tingkah laku motorik dan berbicara. Anak yang
cerdas menunjukkan gerakan-gerakan yang lancar, serasi, dan koordinasi.
Sedangkan anak yang kurang cerdas, gerakan-gerakannya kaku, dan kurang
terkoordinasi. Anak yang cerdas cepat pula perkembangan bahasanya.
Perkembangan
kemampuan motorik (berjalan) pada anak yang cerdas dimulai pada usia 12 bulan,
anak yang sedang pada usia 15 bulan, yang moron 22 bulan, dan yang idiot 30
bulan. Dalam perkembangan bahasa (berbicara), anak yang cerdas mulai berbicara
pada usia 16 bulan, moron 34 bulan, dan idiot 51 bulan.
Dilihat
dari perkembangan kognitif menurut Piaget, usia bayi ini berada pada periode
sensorimotor. Bayi mengenal obyek-obyek yang berada dilingkungannya melalui
sistem penginderaan (seperti penglihatan dan pendengaran) dan gerakan
motoriknya (refleks, seperti mengenyot dan menggerakkan kepala ke arah sumber
rangsang). Meskipun ketika dilahirkan seorang bayi sangat bergantung dan tidak berdaya,
tetapi sebagian alat-alat inderanya sudah langsung bisa berfungsi, seperti
gerakan mengenyot dan mengisap puting susu ibunya.[4]
2. Perkembangan pada masa anak
Masa
anak-anak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni
kira-kira usia 2 tahun sampai saat anak matang secara seksual, yakni kira-kira
usia 13 tahun untuk wanita dan 14 tahun untuk pria. Sejumlah ahli membagi masa
anak-anak menjadi dua, yaitu masa anak-anak awal dan masa anak-anak akhir. Masa
anak-anak awal berlangsung dari umur 2 tahun sampai 6 tahun, dan masa anak-anak
akhir dari usia 6 tahun sampai saat anak matang secara seksual (Hurlock, 1980).[5]
Perkembangan
tanggapan anak, tidak terlepas dengan mempelajari teori-teori perkembangan
pengamatan anak. Dalam polanya kedua aspek tersebut memang berbeda tapi antara
keduanya saling terkait dan ada kesamaan yang mendasar yakni : adanya proses
belajar mengenal atau menguasai obyek, atas stimulus yang datang kepadanya,
dengan menggunakan potensi yang dimilikinya. Dan dikatakan tanggapan itu
terkait dengan pengamatan sebab tanggapan itu sendiri merupakan hasil kenangan
dari adanya proses pengamatan.
Perkembangan
motorik dan sensorik pada anak tentunya berbeda dengan perkembangan pada masa
bayi. Dalam perkembangan motorik unsur yang menentukan ialah otot, syaraf, dan
otak. Motorik pada anak terlihat pada cara mereka memegang, berjalan, dan
menyepak. Pada cara memegang mereka hanya akan asal memegang saja. Pada orang
dewasa mereka berjalan hanya menggunakan otot-otot yang perlu saja, sedangkan
ketika anak berjalan seolah-olah seluruh tubuhnya ikut bergerak. Cara menyepak
yang dilakukan pada masa anak, mereka akan menggerakkan tangannya kedepan
dengan berlebihan.[6]
Perkembangan
bahasa pada anak, dari hasil penelitian diperoleh: Pertama, anak
mempunyai kesanggupan untuk menyatakan apa yang terkandung dalam pikirannya
dengan suara. Potensi itu mempunyai kemungkinan besar untuk dikembangkan. Kedua,
bahasa merupakan suatu kelebihan untuk manusia sebagai dasar untuk membedakan
antara subjek dan obyek. Khusus pada anak yang buta-tuli, mereka mempunyai cara
atau tanda tersendiri untuk menyatakan isi hatinya.[7]
Suami istri Clara dan William Stern membagi
perkembangan bahasa anak yang normal dalam 4 periode perkembangan yaitu:
1)
Prastadium. Pada tahun pertama: meraban,
kemudian menirukan bunyi-bunyi.
2)
Masa pertama: 12-18 bulan. Stadium
kalimat-satu-kata. Satu perkataan dimaksudkan untuk mengungkapkan satu perasaan
atau satu keinginan.
3)
Masa kedua: 18-24 bulan. Mengalami
stadium-nama. Pada saat ini timbul kesadaran bahwa setiap benda mempunyai nama.
Jadi ada kesadaran tentang bahasa.
4)
Masa ketiga: 24-30 bulan. Mengalami
stadium-flexi, (flexi, flexico = menafsirkan, mengikrabkan kata-kata).
5)
Masa keempat. Mulai usia 30 bulan keatas,
stadium anak kalimat.[8]
Daya
ingatan anak akan bersifat tetap jika anak telah mencapai kurang lebih 4 tahun.
Selanjutnya daya ingatan anak akan mencapai intensitas terbesar atau terbaik
dan kuat jika anak berumur 8-12 tahun, pada saat itu daya menghafal atau daya
memorisasi dapat memuat sejumlah materi hafalan sebanyak mungkin.
Sebelum
umur setengah tahun anak pada umumnya belum mengenal benda sekitarnya secara
hakiki. Anak saat itu baru mengenal keadaan atau situasinya saja. Baru umur
lebih dari setengah tahun secara perlahan lahan anak mulai mengenal
lingkungannya.[9]
IV.
KESIMPULAN
Perkembangan manusia pada masa bayi dimulai dari usia 0 hingga 2 tahun. Masa bayi ini disebut juga sebagai periode vital, karena kondisi
fisik dan psikologis bayi merupakan fondasi yang kokoh bagi perkembangan dan
pertumbuhan selanjutnya. Selama dua tahun pertama kehidupannya, perkembangan
fisik bayi berlangsung sangat ekstensif. Mereka juga memiliki refleks yang
didominasi oleh gerakan-gerakan yang terus berkembang.
Masa
anak-anak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh ketergantungan, yakni
kira-kira usia 2 tahun sampai saat anak matang secara seksual, yakni kira-kira
usia 13 tahun untuk wanita dan 14 tahun untuk pria. Sejumlah ahli membagi masa
anak-anak menjadi dua, yaitu masa anak-anak awal dan masa anak-anak akhir. Masa
anak-anak awal berlangsung dari umur 2 tahun sampai 6 tahun, dan masa anak-anak
akhir dari usia 6 tahun sampai saat anak matang secara seksual.
V.
PENUTUP
Demikian makalah ini kami
susun dengan segala keterbatasan. Oleh sebab itu kami membutuhkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan makalah selanjutnya.
Terimakasih atas perhatian pembaca. Semoga makalah kami bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Munawar Sholeh. 2005. Psikologi
Perkembangan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
L, Zulkifli. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Yusuf LN, Syamsu. 2000. Psikologi Perkembangan Anak
& Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
http://pujiekowati.blogspot.com/p/111-keadaan-psikologi-bayi-dan-anak.html
diakses pada Kamis 20 Maret 2014
pukul 13.26 WIB
[1] Dra. Desmita, M.Si, Psikologi Perkembangan Peserta Didik,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) hlm.4
[2] Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2005) hlm. 33
[3] Desmita, Psikologi Perkembangan ..., hlm. 91-92
[4] Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000) hlm. 153
[5] Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2005) hlm. 127
[6] Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2005) hlm. 31
[7] Zulkifli L, Psikologi Perkembangan ..., hlm. 34
[8] http://pujiekowati.blogspot.com/p/111-keadaan-psikologi-bayi-dan-anak.html diakses pada Kamis 20 Maret 2014 pukul 13.26 WIB
[9] Abu Ahmadi, Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan,
(Jakarta: PT Rineka Cipta,2005) hlm. 90-94